Thursday, December 31, 2015

After All

Hari ini adalah hari terakhirku di tahun 2015. Banyak memori-memori indah yang tak bisa aku lupakan. Ya, salah satunya tahun pertukaran pelajar aku. Jujur, sampai sekarang aku masih belum merasa benar-benar kecewa atas pilihanku untuk mengikuti program pertukaran pelajar tersebut. Memang pas awal-awal masuk sekolah lagi, aku sempat merasa asing, ingin kembali ke Belgia, merindukan teman-teman lama yang sudah lulus, tapi itu semua masih belum membuatku benar-benar menyesal karena ketinggalan satu tahun.

Menjadi siswa pertukaran pelajar merupakan pilihan yang tepat bagiku. Aku banyak belajar tentang kehidupan yang mungkin teman-temanku yang tidak mengikutinya tidak bisa dapat. Aku belajar kehidupan ini memang penuh dengan tantangan, penuh dengan sandiwara, penuh dengan misteri, tapi aku juga belajar bahwa menghadapai kehidupan ini hanya ada satu kunci untuk mengalahkan semuanya: bersyukur.

Bersyukur dengan selalu tersenyum, selalu berpikir positif merupakan sebuah pilihan dan pilihan inilah yang paling berat sebenarnya di hidup kita. Semuanya memang benar-benar tergantung oleh kita, apa yang kita pilih. Banyak orang sekarang yang stres, bingung, sedih karena jarang bersyukur menurutku.

Guys, tahun pertukaran pelajarku memang bukanlah tahun yang menurut orang sempurna, begitu banyak rintangan yang aku hadapi dari awal hingga akhir. Tapi aku memilih untuk bersyukur atas tahun yang sudah kulalui tersebut. Karena tahun itulah, aku bisa menjadi seperti diriku sekarang, lebih mandiri, berwawasan luas serta berpikir dan bersikap lebih dewasa dibandingkan dengan teman-teman sebayaku sekarang.

Setelah itu semua, aku pun dihadapkan dengan sebuah realita kehidupanku yang sebenarnya. Kehidupanku di Indonesia lebih lama di Belgia. Jujur, aku sering kali merasakan kekecewaan terhadap kehidupan dan orang-orang di sekitarku saat ini. Tapi, lagi lagi aku berusaha untuk tetap bersyukur.

Perlahan-lahan aku mulai memahami realita ini. Jujur, sebenarnya sekarang aku lebih sering diam, memperhatikan setiap orang daripada banyak berbicara seperti "aku" yang dulu, tidak hanya aku yang merasakan, teman-temanku pun merasa diriku seperti itu. Aku memang memilih diam daripada banyak bicara tapi tak ada yang dilakukan. Memang budaya kita seperti itu, tapi aku berusaha untuk memulai sebuah  perubahan.

Aku sudah muak dengan segala yang terjadi di lingkungan sekitarku. Aku muak dengan amarah-amarah yang selalu kudengar setiap hari di berbagai tempat. Aku muak dengan keangkuhan, kesombongan, kedengkian dimana-mana. Aku muak dengan keluhan-keluhan yang terucap dari bibir setiap orang. Aku muak dengan tekanan-tekanan dari berbagai orang yang bertujuan hanya untuk membahagiakan sepihak saja. Dan aku muak dengan omong kosong.

Bersyukur.. Bersyukur.. Bersyukur atas nafas kehidupan yang masih diberikan-Nya. Bersyukur karena masih bisa melihat orang-orang yang kita cintai. Bersyukur karena masih bisa melihat sosial media. Masih ada begitu banyak lagi yang bisa kita syukuri dan melawan keduniawian ini. Aku sangat berharap pembaca postinganku ini untuk mulai bersyukur dari sekarang. Apapun itu yang akan terjadi, tetaplah bersyukur dan semuanya akan berjalan tanpa beban, seperti hidup yang kita impi-impikan itu.

Medan, 31 Desember 2015


No comments:

Post a Comment